|
Kerja Bangku di Lembaga Pelatihan Kerja |
Dalam melaksanakan proses pelatihan berbasis kompetensi dengan pola pelatihan ditempat pelatihan (Off The Job Training) ada tiga pendekatan yang dapat digunakan oleh tenaga pelatih/instruktur. Seorang tenaga pelatih/instruktur harus dapat memilih pendekatan pelatihan yang paling efektif berdasarkan kondisi riil yang dihadapi dilapangan. Artinya, tenaga pelatih/instruktur dalam menetapkan pendekatan yang dipilih telah memperhitungkan efektivitas biaya, isi program pelatihan, prinsip-prinsip pembelajaran yang akan diterapkan, fasilitas peralatan dan bahan yang tersedia, kemampuan dan preferensi peserta pelatihan serta kemampuan dan preferensi tenaga pelatih/instruktur yang bersangkutan.
Ketiga pendekatan pelatihan yang dapat digunakan oleh tenaga pelatih/instruktur, yaitu:
a. Belajar secara mandiri/Individu
Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individu sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Peserta dapat menemui tenaga pelatih/instruktur setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar. Agar proses belajar mandiri dapat dilaksanakan secara efektif, hal-hal yang perlu dilakukan oleh tenaga pelatih/instruktur adalah sebagai berikut :
- Mendorong setiap peserta pelatihan untuk membuat pilihan tentang target berlajar mandiri yang diinginkan.
- Memberi bantuan pada setiap peserta pelatihan, sesuai dengan permintaan bantuan yang bersifat spesifik.
- Menyediakan materi dan sumber belajar yang diperlukan peserta pelatihan.
- Memberi bimbingan dan bantuan bagi peserta pelatihan dalam hal penggunaan sumber belajar.
- Membekali peserta dengan keterampilan belajar pada aspek perencanaan: apa, kapan, dan bagaimana cara belajar.
- Mendorong peserta pelatihan untuk memiliki tanggung jawab individu dalam manajemen pengembangan diri.
- Membimbing peserta pelatihan untuk mampu memilih dan memanfaatkan sumber pembelajaran yang tersedia.
b. Belajar berkelompok
Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk berpartisipasi dalam kelompok, walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan masing-masing individu, metode ini memungkinkan interaksi sesama peserta dan tenaga pelatih/instruktur. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh tenaga pelatih/instruktur dalam melaksanakan belajar kelompok adalah sebagai berikut:
- Mendorong agar setiap anggota kelompok harus memiliki peran.
- Membantu peserta agar terjadi interaksi langsung antar anggota kelompok belajar.
- Membimbing setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas hasil belajar dirinya dan anggota kelompoknya.
- Membantu mengembangkan proses interaksi antar anggota kelompok belajar.
- Hanya berinteraksi dengan kelompok belajar pada saat diperlukan.
c. Belajar terstruktur
Belajar terstruktur adalah belajar di kelas secara formal, metode ini umumnya mencakup topik tertentu. Metode belajar terstruktur dapat berupa: ceramah, ceramah bergambar, demonstrasi, tanya jawab, diskusi, dan praktek. Tahapan yang harus dilakukan oleh tenaga pelatih/instruktur, agar belajar terstruktur dapat efektif yaitu :
- Tahap Pendahuluan (Introduction/Preparation),
- Tahap Penyajian,
- Tahap Aplikasi
- Tahap Penilaian/Asesmen
Tenaga pelatih/instruktur harus dapat menentukan metode atau jenis penilaian yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi. Penentuan ini sangat penting, mengingat kebanyakan kompetensi bersifat kompleks dan mengandung variabel yang cukup sulit untuk dinilai.
Tenaga pelatih/instruktur dalam melakukan penilaian/asesmen harus memenuhi prinsip sebagai berikut :
- Validitas, Artinya teknik/metode asesmen yang digunakan untuk mengukur capaian kompetensi harus sesuai dengan apa yang seharusnya dinilai. Contoh suatu kompetensi dalam Teknik/Metode Asesmen menggunakan peralatan tangan unjuk kinerja, maka Jika menggunakan teknik/metode yang lain, maka asesmen menjadi tidak valid
- Reliabilitas, Artinya hasil asesmen handal dan dapat dipercaya, asesmen yang handal terdapat konsistensi pada hasil pengujian, jika dilakukan asesmen ulang pada kondisi yang sama diperoleh hasil yang relatif sama.
- Komprehensif, Artinya penilaian harus dilakukan secara menyeluruh pada semua aspek kompetensi yang telah ditetapkan dengan menggunakan berbagai teknik dan metode asesmen untuk menilai kompetensi peserta pelatihan.
- Adil, Teknik/metode asesmen dalam pelaksanaan penilaian harus adil untuk semua peserta pelatihan. Menggunakan prosedur, aturan, kriteria dan bahasa yang digunakan harus jelas untuk setiap peserta pelatihan.
- Objektif, Artinya proses asesmen yang dilakukan harus terhindar dari pengaruh-pengaruh atau pertimbangan yang bersifat subyektif.
- Berpusat kepada peserta, Artinya proses asesmen difokuskan kepada peserta untuk pencapaian kompetensi, bukan kepada penguasaan materi pelatihan. Oleh karena itu asesmen harus dilakukan secara terencana, bertahap dan terus menerus kepada peserta dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
- Efektif dan efisien, Artinya tidak membuang-buang sumber daya pelatihan dan efektif dalam menilai kompetensi yang ditetapkan.
- Bagian dari pelatihan, Artinya assesmen merupakan bagian dari proses pelatihan dan bukan untuk “menghakimi” atau menggambarkan ketidakmampuan peserta pelatihan, tetapi asesmen harus mampu memberikan informasi positif dan umpan balik terhadap peningkatan capaian kompetensi peserta pelatihan. Dengan demikian hasil asesmen menjadi dasar untuk memotivasi, peningkatan kualitas instruktur dan kualitas proses pelatihan.
Untuk melakukan penilaian/asesmen berbasis kompetensi, seorang tenaga pelatih/instruktur harus :
- Sudah mengidentifikasi tingkat kemampuan/kompetensi peserta pelatihan
- Menyusun perencanaan asesmen yang meliputi: Penetapan indikator capaian kompetensi (biasanya dibuat bersamaan dengan penyusunan silabus pelatihan). Indikator yang disusun jangan hanya satu karena akan mengakibatkan program pelatihan menjadi kaku. Indikator capaian kompetensi disusun berdasarkan standar kompetensi kerja. Setiap capaian kompetensi memerlukan teknik/metode asesmen yang berbeda dan Penyusunan teknik/metode asesmen, ditetapkan berdasarkan pilihan-pilihan dari berbagai teknik/metode yang sesuai dengan kondisi peserta pelatihan dan sarana/fasilitas yang digunakan. Oleh karena itu, harus dilakukan dengan cermat untuk menghindari berbagai keterbatasan yang bersumber dari subjektivitas tenaga pelatih/instruktur.
Beberapa teknik/metode asesmen yang digunakan yaitu :
- Penilaian unjuk kerja (performance)
- Penilaian tertulis (written test)
- Penilaian sikap
- Penilaian penugasan
- Penilaian produk
- Penilaian melalui kumpulan hasil kerja peserta pelatihan (portfolio)
- Penilaian terhadap diri sendiri (self assessment)
- Penilaian skenario (scenario test)
Dari 8 (Sembilan jenis teknik/metode penilaian/asesmen terdapat 4 (empat) jenis teknik/metode yang lebih banyak digunakan di lembaga pelatihan, yaitu: penilaian unjuk kerja, penilaian terhadap diri sendiri, penilaian tertulis, penilaian skenario.
Berdasarkan hasil asesmen, bagi peserta pelatihan yang dinyatakan belum mampu mencapai kompetensi yang dipersyaratkan, diberikan kesempatan melakukan pengulangan terhadap bagian/unit kompetensi yang belum tercapai tersebut.
Pengulangan dilakukan paling banyak 3 (tiga) kali. Dan apabila setelah pengulangan tersebut, peserta pelatihan tetap belum mampu mencapai kompetensi yang dipersyaratkan, maka peserta yang bersangkutan dinyatakan belum kompeten terhadap bagian/unit kompetensi tersebut. Setelah seluruh capaian kompetensi tercapai maka peserta pelatihan dapat mengikuti tahap selanjutnya yaitu On the Job Training.